POLA ASUH YANG TEPAT UNTUK BALITA
POLA ASUH YANG TEPAT
Pada prinsipnya untuk ketiga tipe anak yang telah disebutkan di atas, pola pengasuhan yang tepat adalah authoritative (demokratis). Yang dimaksud dengan pengasuhan authoritative
adalah pola pengasuhan di mana orang tua mendorong anak untuk menjadi
mandiri, tetapi tetap memberikan batasan-batasan (aturan) serta
mengontrol perilaku anak. Orang tua bersikap hangat, mengasuh dengan
penuh kasih sayang serta penuh perhatian. Orang tua juga mem-berikan
ruang kepada anak untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau
harapkan dari orang tuanya.
Jadi,
orang tua tidak secara sepihak memutuskan berdasarkan keinginannya
sendiri. Sebaliknya, orang tua juga tidak begitu saja menyerah pada
keinginan anak. Ada negosiasi antara orang tua dengan anak sehingga
dapat dicapai kesepakatan bersama. Misalnya, bila anak batita memaksakan
keinginannya untuk menggunting baju yang masih bisa dipakai. Orang tua
dapat mengambil sikap dengan tetap tidak mengizinkannya menggunting baju
yang masih terpakai, tetapi memberikan kain perca atau baju lain yang
sudah tidak layak pakai. Oleh karena itu, dibutuhkan kepekaan,
kesabaran, dan kreativitas orang tua.
Menurut Mayke, dalam pengasuhan authoritative
tetap harus ditegakkan aturan main mengenai apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh anak. Bila anak balita tidak diberikan batasan ini,
maka dia tidak tahu peraturan yang berlaku dan tidak memiliki
rambu-rambu yang bisa membatasi perilakunya. Kontrol orang tua juga
diperlukan, bila aturan telah ditetapkan, maka orang tua tetap harus
memantau sejauh mana aturan itu bisa berjalan. Jangan sampai tanpa
sepengetahuan orang tua, anak berhasil melanggar aturan main (misalnya
karena dia diasuh oleh orang lain).
Dengan
meningkatnya usia anak ke tahap sekolah dasar, maka peraturan tidak
sepenuhnya ditetapkan oleh orang tua, melainkan dibicarakan bersama
anak. Pemantauan (kontrol) tetap diperlukan, sekalipun tidak dalam jarak
dekat seperti sebelumnya. Misalnya, orang tua selalu memantau dengan
siapa anak bermain, apa saja kegiatan yang dia lakukan bersama dengan
teman-temannya di luar rumah. Tentu saja semua itu bukan dengan maksud
untuk memata-matai aktivitas mereka.
Utami Sri Rahayu. Foto: Ferdi/nakita
KONDISI YANG TAK DAPAT DIHINDARI
POLA pengasuhan authoritative
memang yang paling ideal, tetapi mungkin adakalanya orang tua tak mampu
menerapkan pola ini dengan sepenuhnya. Terutama pada saat emosi orang
tua sedang tidak stabil. Saat mengalami kondisi emosi negatif, orang tua
cenderung bersikap lebih otoriter terhadap anak. Atau, bisa jadi saat
sedang merasa senang karena bisnisnya berhasil, orang tua cenderung
bersikap agak permisif terhadap anaknya.
Kondisi ini, menurut Mayke,
masih manusiawi karena memang emosi manusia cenderung naik turun. “Yang
penting, sikap orang tua masih dalam situasi terkontrol, maksudnya
segera menyadari dan kembali pada rambu-rambu yang telah ditetapkan,”
tambahnya.
Namun,
ada kemungkinan dalam kondisi tertentu orang tua memang harus bersikap
tegas bila berhubungan dengan keselamatan jiwa anak atau orang lain.
Misalnya ketika anak ingin bermain kabel yang dialiri listrik. Bila hal
ini didiamkan, tentu dapat membahayakan jiwanya. Mau tidak mau orang tua
harus bersikap otoriter. Katakan, tidak kepada si anak bahwa hal itu
tidak boleh dilakukannya.
Selanjutnya,
untuk tidak mematahkan semangat atau keinginan anak bereksplorasi,
carikan alternatif. Misalnya, berikan kabel lain yang tidak berhubungan
dengan listrik. Jangan lupa, berikan alasan kenapa bermain kabel yang
tertancap ke stop kontak dilarang.
Pada
saat anak sedang sakit pun, pola pengasuhan demokratis tidak dapat
diterapkan sepenuhnya. Pertimbangan kesehatan anak menjadi yang utama.
Untuk itu, orang tua hendaknya memperhatikan seberapa berat dampak yang
bakal ditimbulkan bila tetap menerapkan pola pengasuhan seperti biasa.
Khusus untuk anak bertipe sulit dan slow to warm up,
memang dibutuhkan ketahanan fisik, kesiiapan mental dan kedewasaan
orang tua. Selama mengasuh anak-anak dengan temperamen yang cenderung
menyulitkan itu. Berarti orang tua harus lebih keras dalam berupaya.
SYARAT POLA ASUH AUTHORITATIVE
INILAH beberapa hal yang patut mendapat perhatian dalam menerapkan pola asuh authoritative:
1.
Utamakan kehangatan atau kasih sayang yang mendalam. Kehangatan menjadi
sangat penting karena tanpa adanya hal itu penerapan pola asuh authoritative semakin tidak gampang, terutama pada anak-anak yang tergolong sulit dan slow to warm up.
Kehangatan akan lebih menenangkan hati anak dengan kedua tipe
temperamen ini sehingga kadar emosi negatifnya menurun. Wujud kehangatan
pada anak usia batita dapat dilakukan melalui pelukan yang erat, sering
mengajaknya bermain, bercerita, dan berbicara dengan lemah lembut.
2.
Saat memberlakukan batasan, orang tua harus tegas dan tegar
(konsisten), sehingga anak akhirnya belajar bahwa orang tuanya tidak
main-main dengan aturan yang sudah ditetapkan.
3.
Orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya. Ada rambu-rambu yang
harus ditaati oleh orang tua dan anak. Selama masih menginjak usia
batita, bila anak menolak rambu-rambu yang ditetapkan, maka ia jangan
dipaksa mematuhinya. Cobalah cari alternatifnya dengan memakai
penjelasan berbeda.
Namun
anak-anak usia sekolah umumnya sudah dapat diajak berbicara atau
berdiskusi tentang rambu-rambu ini, sehingga penerapannya menjadi lebih
mudah. Hendaknya orang tua sudah mempersiapkan alasan-alasan yang dapat
diterima anak, yaitu alasan yang tidak terlalu mengada-ada.
4.
Dalam mengasuh dan membesarkan anak yang termasuk mudah, Mayke
mengingatkan agar jangan sampai orang tua malah mengabaikannya. Hal ini
umumnya sering terjadi pada orang tua yang memiliki anak-anak dengan dua
tipe berbeda, misalnya yang satu termasuk tipe sulit dan yang lain
mudah. Ayah atau ibu lantas lebih memperhatikan anak yang sulit dan
selalu berusaha “memenangkannya”.
Tindakan
ini, tidak hanya akan membahayakan anak dengan tipe mudah, tapi juga
yang bertipe sulit. Anak tipe mudah akan mengalami frustrasi karena
merasa selalu dikalahkan dan beralih menjadi anak yang bermasalah.
Sedangkan, anak dengan tipe sulit juga menjadi anak yang tidak mampu
mengelola rasa frustrasi atau rasa kecewanya kala tidak mendapatkan
sesuatu karena selalu dilindungi.
Komentar
Posting Komentar